Diabetes: “Sejauh Ini Baik-baik Saja”
Diabetes: “Sejauh Ini Baik-baik Saja” – Ada seorang pria yang melompat dari lantai 37 sebuah gedung tinggi. Saat dia jatuh, orang-orang di setiap lantai yang dia lewati mendengar dia berkata, “Sejauh ini baik-baik saja… sejauh ini baik-baik saja…”
Diabetes adalah penyakit yang tidak bisa “dipercaya”. Kedengarannya aneh, ya? Tapi coba pikirkan. Sebagai tenaga medis, saya sudah menangani banyak kasus diabetes. Saya selalu kagum melihat bagaimana orang bisa merencanakan masa depan dengan matang—membangun karier, keluarga, impian… semua untuk jangka panjang.
Tapi ada satu hal yang sering terjadi. Orang yang mengidap diabetes cenderung berharap bahwa penyakit ini akan tetap “diam” atau tetap stabil tanpa mereka lakukan apa-apa.
Padahal, diabetes tidak bisa diam di satu tempat, apalagi stabil. Seperti pria yang jatuh dari lantai 37 tadi, penderita diabetes sering berkata dalam hati, “Sejauh ini baik-baik saja… sejauh ini baik-baik saja…” Tapi ingat, berharap saja bukan strategi! Harapan itu penting, tapi bukan strategi yang efektif untuk menghadapi diabetes.
Diabetes: Akibatnya Terlalu Serius untuk Diabaikan
Saya selalu heran melihat orang yang begitu teliti merencanakan masa depan mereka, tapi tidak melakukan hal yang sama untuk penyakit diabetes mereka.
Mungkin kamu bertanya-tanya, “Memangnya apa saja risiko jangka panjang dari diabetes?”
– Risiko penyakit jantung meningkat 2-4 kali lipat bagi penderita diabetes. Sebagai ahli bedah kardiovaskular, saya sering melihat kasus ini, terutama pada orang muda dan usia paruh baya yang mengidap diabetes.
– Risiko retinopati (kerusakan retina) meningkat 25 kali lipat. Setiap tahun, 24.000 orang kehilangan penglihatannya akibat diabetes!
– Kerusakan saraf dialami oleh 60-70% penderita diabetes. Luka terbuka yang sulit sembuh bisa menjadi borok dan akhirnya menyebabkan amputasi.
– Risiko gagal ginjal lebih tinggi bagi penderita diabetes.
– Risiko stroke meningkat 2-6 kali lipat dibandingkan orang tanpa diabetes.
Diabetes: Kabar Baik atau Kabar Buruk?
Mau dengar yang mana dulu, kabar baik atau kabar buruk?
Sebagai dokter, saya selalu percaya bahwa lebih baik mendengar kabar buruk dulu. Kenapa? Karena terlalu santai atau merasa “baik-baik saja” bisa berbahaya bagi kesehatan. Masalah utama diabetes adalah banyak orang tidak merasa ada yang salah—sampai tiba-tiba muncul komplikasi serius!
Kabar buruknya: jika kamu memiliki faktor risiko berikut, maka diabetesmu bisa semakin sulit dikendalikan:
1. Merokok
2. Kolesterol tinggi
3. Tekanan darah tinggi
4. Obesitas
5. Kurang aktivitas fisik
Jika faktor-faktor ini tidak dikendalikan, diabetes bisa jadi semakin tidak bisa diprediksi.
Kabar baiknya: jika kamu bisa mengontrol kadar gula darah dengan baik, kamu bisa mengurangi risiko komplikasi diabetes hingga 76%!
Lebih banyak kabar baik:
– Dengan pola makan sehat, penurunan berat badan yang bertanggung jawab, aktivitas fisik rutin, dan pemantauan gula darah, risiko diabetes bisa ditekan.
– Namun, kabar buruknya lagi: diabetes tetap ada, tidak bisa hilang begitu saja.
Diabetes: Terserang “Teman Sendiri”
Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 adalah penyakit autoimun. Pada diabetes tipe 1, sistem imun malah menyerang sel-sel pankreas yang memproduksi insulin.
Padahal, sel-sel pankreas itu tidak bermasalah. Yang bermasalah adalah kesalahan komunikasi dalam sistem imun yang menyebabkan tubuh menyerang dirinya sendiri.
Artinya, tubuh kita diserang oleh “teman sendiri”! Dalam istilah militer, ini disebut “friendly fire”—di mana pasukan sendiri malah menembak rekan-rekannya.
Kesalahan komunikasi dalam tubuh ini menunjukkan bahwa yang kita butuhkan adalah sistem komunikasi seluler yang lebih sehat, agar tubuh tidak menyerang dirinya sendiri.
Kabar Baik yang Sebenarnya
Ada solusi bernama glikonutrisi—zat gizi yang membantu meningkatkan komunikasi antar sel dalam tubuh.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam *Proceedings of the Fisher Institute for Medical Research* tahun 1997 menemukan bahwa penderita diabetes tipe 1 yang mengonsumsi glikonutrisi mengalami peningkatan kesehatan yang drastis. Mereka melaporkan:
✅ Penglihatan membaik
✅ Luka lebih cepat sembuh
✅ Lebih sedikit infeksi
✅ Tekanan darah lebih stabil
Penelitian di Harvard University tahun 1995 juga menemukan bahwa salah satu glikonutrisi, mannose, bisa menjadi sumber energi bagi penderita diabetes tanpa merusak penglihatan.
Lebih menarik lagi, mannose juga dapat merangsang pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin, sehingga penderita diabetes bisa mengurangi kebutuhan insulin buatan.
Yang lebih bagus lagi:
✔ Glikonutrisi bisa didapat tanpa resep dokter
✔ Aman, tidak beracun, dan berbasis makanan alami
Diabetes mungkin saat ini masih menjadi ancaman kesehatan global, tapi dengan semakin banyaknya penelitian tentang glikonutrisi, bisa jadi suatu hari nanti diabetes hanya tinggal sejarah.
Tidak ada lagi “friendly fire”.
Tidak ada lagi “diabetes yang tetap diam di tempat”.
Dan kamu tidak perlu lagi berpikir, “Sejauh ini baik-baik saja…”